Pengertian Outdoor – Indoor Activity

Pengertian Outdoor – Indoor activity

outbound, dunia outbound, indonet, marbella anyer, outing anyer, outbound, outbond,Perusahaan, komunitas maupun lembaga pendidikan merupakan tempat dimana terdiri dari orang – orang dengan karakter berbeda-beda. Perbedaan pola pikir, tipe kepribadian, maupun persepsi bisa menjadi pemicu konflik. Konflik merupakan hal yang wajar dan membangun, jika individu yang terlibat didalamnya bisa mengelolanya dengan baik. Perbedaan yang ada pada diri tiap orang dalam sebuah perusahaan, komunitas, maupun lembaga pendidikan, bisa jadi akan saling melengkapi dalam interaksi mereka sehari-hari. Melalui pengertian outdoor-indoor activity inilah, berbagai perbedaan katakteristik individu bisa difasilitasi menjadi sebuah kekuatan untuk meraih visi-misi bersama maupun individu serta pengembangan secara optimal diri masing=masing. Games yang diberikan pada pengertian outdoor-indoor activity, bukan hanya sebuah permainan layaknya bernain di PS2 X-Box, atau permainan-permainan yang sifatnya semata-mata untuk hiburan; melainkan dijadikan sebagai simulasi atau “miniatur” dari pengalaman nyata pada kehidupan sehari-hari. Melalui games, tiap individu diajak untuk semakin akrab satu sama lain. Dengan begitu, mereka memiliki keberanian dan keinginan untuk terbuka satu sama lain. Dengan adanya saling keterbukaan, tiap individu akan mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif, hangat dan membangun.

koheren, teratur, saling terkait, outbound, dunia outbound

Intensitas yang tinggi dalam interaksi dan pertemuan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan kerja, sekolah, maupun komunitas-komunitas akan membawa pada titik kejenuhan. Titik kejenuhan ini muncul bukan karena intensitas pertemuan yang tinggi, tetapi cenderung dikarenakan rutinitas yang sama tiap harinya, serta berada pada lingkungan yang sama secara terus menerus. Melalui outdoor-indoor activity, perasaan jenuh dan bosan itu bisa difasilitasi dengan kegiatan baru seperti games seru dalam suasana serta lingkungan yang berbeda sari keseharian mereka. Karena itu pengertian outdoor-indoor activity juga penting karena dapat menjadi media atau bentuk kegiatan yang memberikan suasana baru dan berbeda dari biasa. Merasakan  suasana dan situasi yang barumampu menghilangkan kejenuhan individu.

Berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, outdoor-indoor activity merupakan konsep pelatihan yang didasarkan pada proses belajar orang dewasa. Orang dewasa lebih bisa memahami sesuatu jika mereka bisa mengalaminya secara langsung, tidak hanya dengan diceramahi atau melalui materi yang sekadar teori di dalam kelas. Nilai-nilai yang diambil dari Experiential Learning dan Outward Bound, akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Hal ini dikarenakan, seorang fasilitator atau trainer benar-benar “membebaskan” peserta dalam memaknai setiap permainan yang diberikan. Nilai-nilai yang ada dalam permainan, akan mudah dikmaknai jika individu mengolahnya berdasarkan persepsi dan tingkat kematangan setiap orang.

Klien Dunia Outbound Tracon 6Sejarah Singkat Outbound dan Experiential Learning

Dibagian awal telah disekitar tahun 1930-an, seorang pendidik berkebangsaan Jerman, Kurt Hahn mendirikan sebuah sekolah dengan nama “Gordonstoun School” yang memberikan tambahan outdoor activity dalam kurikulum pendidikannya. Selain pendidikan formal didalam kelas peserta atau siswa ini juga diberikan pendidikan kegiatan diluar ruangan yang mampu mengembangkan segi fisik, termasuk pengalaman dalam menyelaraskan diri dengan alam dan mengajarkan tentang pengalaman hidup. Sekitar tahun 1940, Sir LawrenceHolt, pemilik Blue Funnel Ship, tertarik dengan konsep dan program yang dikembangkan oleh Kurt Hahn untuk diterapkan dalam melatih para pelayar muda agar mampu bertahan dalam kondisi perang,  terutama saat berlayar dilautan bebas.jelaskan mengenai konsep Enperiential Learning dan Outward Bound yang melandasioutdoor-indoor activity. Sekarang, mari kita bahas terlebih dahulu sejarah kedua konsep tersebut.

Dengan menklaim bahwa konsep yang ditawarkan Kurt Hahn ini mampu membuat para pesertanya untuk tidak melupakan pengalaman yang dilalui, akhirnya program ini pun berkembang hingga sekarang dan digunakan oleh banyak penyedia jasa training maupun sekolah. Program atau konsep yang dibuat oleh Kurt Hahn ini dikenal dengan nama “Outward Bound”, yang merupakan sebuah istilah dalam dunia pelayaran saat sebuah kapal telah menarik jangkar dari pelabuhan dan bersiap untuk masuk  ke dalam laut bebas. Kemudian saat masuk di Indonesia, ada kemungkinan bahwa nama “Outward Bound” sulit untuk diucapkan sehingga disingkat menjadi Outbound”.

Sementara Experiential Learning muncul dari pemikiran beberapa orang yang memiliki dasar psikolog, yaitu Kurt Lewin,dunia outbound Dewey, dan Jean Piaget. Ketiga tokoh iini seperti membuat pandangan baru mengenai proses pembelajaran dan perunahan perilaku manusia. Experiential Learning (EL) berbeda dengan pemikiran sebelumnya yang menganggap bahwa manusia bisa berubah/berkembang dengan adanya kehadiran reward atau punishment (behavior learning) dan melalui motivasi atau perubahan dari aspek kognitif (cognitive learning). EL menggangap bahwa proses “mengalami” merupakan dasar yang penting dalam bagaimana manusia belajar, bertumbuh, dan berkembang. Ditambahkan bahwa sekitar tahun 1984, David A. Kolb membuat sebuah model belajar yang dikenal dengan “Cycle model of Learning”. Beliau juga terinspirasi dari EL, dan mengganggap bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengetahuan terbentuk melalui transformasi pengalaman.

Tujuan awal munculnya OB dan EL adalah sebagai program pembelajaran mengenai kehidupan, dan untuk meningkatkan soft skill individu. Kegiatan yang menggunakan konsep outbound intinya adalah menyelaraskan diri dengan alam dan belajar menikmati serta menhargai kealamian kreasi Sang Pencipta. Selain itu, dalam kegiatan training, Experiential Learning merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menyampaikan pesan, selain adanya bentuk “hukuman-hadiah” atau melalui materi. Dalam kegiatan outbound dan Experiential Learning, peserta diajak untuk merasakan situasi yang berupa simulasi atau pengalaman terstruktur. Tujuannya adalah untuk memaknai setiap pengalaman sesuai dengan pemahaman dan tingkat kesadaran setiap individu. Namun dalam perkembangannya, terutama di Indonesia, istilah outbound juga dikenal banyak khalayak sebagai bentuk kegiatan fun.

Klien Dunia Outbound TraconSelain itu, ada juga pandangan bahwa kegiatan outbound diidentifikasikan dengan permainan-permainan, seperti flying fox dan permainan lainnya yang memiliki nilai tantangan serta risiko yang tinggi. Dari pengalaman penulis beberapa kali mengikuti kegiatan training, pemahaman peserta terhadap pengguna istilah outbound masih kurang tepat. Pernyataan yang sering muncul dari peserta saat kegiatan diluar ruangan, misalnya, “Mas, katanya outbound? Lha Flying fox-nya mana?” atau “Wah, katanya outbound, kok tidak menantang sama sekali, tidak ada main tali-talinya“. Pemahaman tentang kegiatan outbound inilah yang seharusnya juga diklarifikasi saat akan melakukan kegiatan tersebut. Hal ini bertujuan agar ekspektasi peserta terhadap outdoor-indoor activity tidak berlebihan, dan mempengaruhi mood mereka saat berkegiatan.

Dalam pembahasan berikutnya, penulis menggunakan istilah outdoor activity untuk menggantikan istilah outbound. Penggunaan istilah outdoor activity dikarenakan bentuk permainan yang diberikan tidak melulu untuk kegiatan training atau pengembangan (outdoor education), tetapi juga bisa untuk kegiatan fun (outdoor education), gathering, serta kegiatan-kegiatan pengisi waktu lainnya.

Tahap pelaksanaan kegiatan

Langkah-langkah dalam menyusun kegiatan outdoor-indoor activity:

1. Who

Who merupakan pertanyaan paling dasar, karena menyangkut informasi mengenai siapa klien atau peserta yang akan ditangani. Informasi yang seharusnya diperoleh adalah karakteristik peserta, jabatan, usia, jenis kelamin, dan penyakit-penyakit khusus yang diderita peserta. Pemahaman terhadap siapa pesertanya juga diperlukan seorang fasilitator untuk membuat persiapan sebelum hari pelaksanaan. Peserta orang tua, anak-anak, ataupun remaja, memerlukan persiapan yang berbeda-beda; belum lagi karakteristik peserta lainnya, seperti jabatan maupun tingkat pendidikan.

2. What

Setelah mengetaui informasi mengenai peserta yang akan ditangani, yang harus diketahui selanjutnya adalah kebutuhan atau keinginan peserta. Hal ini berpengaruh pada bentuk atau konsep yang akan kita tawarkan pada klien atau peserta. Pada tahap ini, pihak yang akan menangani kegiatan tersebutbisa menanyakan langsung pada yang bertanggung jawab atas rencana kegiatan ini atau melaksanakan needs assessment. Jika peserta atau klien menginginkan sebuah kegiatan yang bersifat fun, tidak diperlukan needs assessment. Namun jika klien atau peserta meminta sebuah rancangan pelatihan untuk sekolah, komunitas, maupun perusahaan, perlu diadakan needs asssessment. Hal ini bertujuan untuk melihat kebutuhan mendasar dan mendesak yang perlu segera ditangani, agar pelatihan yang diadakan dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

3. How

Dengan mengetahui kebutuhan dan karakteristik peserta maka perlu ditetapkan jenis kegiatan yang akan ditawarkan. Disini, konsep outdoot-indoor activity dibuat berdasarkan kreatifitas dan pengalaman pihak penyedia jasa atau pembuat konsep. Jika kebutuhannya bersifat outdoor educarion, maka konsep outdoor activity harus dibuat menarik dan seru, bahkan menantang.

Penyedia jasa outdoor-indoor activity berpengalaman biasanya sudah memiliki konsep paten dan memiliki gambaran kegiatan yang menyenangkan. Namun bagi mereka yang masih baru, konsep outdoor-indoor activity bisa menganbil contoh dari provider lainnya, kemudian memodifikasinya sesuai dengan ciri khas provider tersebut. Yang terpenting dari hal ini adalah bagaimana konsep tersebut bisa menarik perhatian klien atau peseeta untuk memilih provider ini, bukan lainnya.

Sedangkan konsep untuk outdoor  education harus didasaekan sepenuhnya pada kebutuhan peserta atau klien. Konsep pelatihan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga pesan dan informasi yang akan disampaikan mampu dipahami peserta.

Perlu diperhatikan juga mengenai metode yang digunakan dalam penyampaian materi. Merode yang digunakan juga harus memperhatikan karakteristik individu, setidak-tidaknya memperhatikan gaya peserta (visual, auditori, kinestetik, dan lain-lain)

Pembuatan  konsep yang bersifat pengembangan atau edukasi, cenderung lebih kompleks dibandingkan konsep kegiatan fun. Hal ini dikarenakan dasar dari experiential learning adalah suatu konsep pembelajaran yang menerapkan pentingnya pengalaman terstruktur yang disusun sebagai bentuk simulasi dari kenyataan sesungguhnya pada pengalaman sehari-hari. sehingga, aspek-aspek pembelajaran harus diperhatikan secara saksama.

4. Why

Sebuah pelatihan atau kegiatan outdoor activity mrnjadi lebih menarik dan efektif jika penyedia jasa atau pembuat konsep outdoor-indoor activity mampu memberikan alasan yang tepat mengapa menggunakan konsep tersebut. Hal ini menyangkut tujuan dan manfaat yang bisa diperoleh dari konsep yang ditawarkan, sehingga konsep tersebut harus mampu menjawab kebutuhan peserta atau klien

5. When dan Where

Hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah jadwal dan tempat kegiatan pelatihan atau outdoor acrivity akan diadakan. Harus dipastikan mengenai jadwal pasti dan tempat pelaksanaan kegiatan, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada rincian biaya dan konsep pelaksanaan kegiatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada bagian ini, yaitu:

  • Kondisi tempat pelaksanaan kegiatan apakah didalam atau diluar ruangan
  • Mengecek situasi sekitar tempat pelaksanaan kegiatan apakah ramai atau sepi;
  • Memastikan fasilitas yang ada di tempat pelaksanaan seperti sound system, viewer, dan hal-hal pendukung teknis lainnya;
  • Lalu lintas atau keluar masuk peserta apakah akan di ganggu atau tidak;
  • Apakah jadwal pelaksanaan kegiatan bertabrakan dengan jadwal peserta lain di tempat yang sama;
  • Jika menginap, apakah penginapannya layak untuk peserta, tau apakah konsep yang cocok bagi kegiatan ini adalah tidur didalam ruangan (kamar) atau diluar ruangan (kemah);
  • Perlu tidaknya asuransi, jika pelaksanaan kegiatan bersifat high risk maka asuransi diperlukan
  • Jika pelatihan, maka perlu diperhatikan mengenai porsi waktu yang diberikan pada setiap sesinya. Hal ini untuk melihat efisiensi pemberian materi;
  • Aspek keamanan dan tingkat resiko permainan, serta instalasinya.

Demikian beberapa uraian tulisan yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya. Jika berkenan, silahkan tinggalkan jejak dalam bentuk komentar yang positif dan membanun demi kesuksesan bersama.

Akhir kata, salam sukses bahagia untuk kita semua!