Artikel Outbound : Cara Mengkritik Tajam Tanpa Melukai Hati Seseorang
Salam Outbounder!, Semangat Pagi!!…
Bagaimana rasanya jika ada sesorang yang menawarkan kripik untuk Anda?!. Tentu senang bukan?, walaupun ternyata kripiknya itu sendiri tidak ada.
Namun bagaimana rasanya jika ada seseorang yang menawarkan kritik untuk Anda?. Tentu Anda akan bertanya – tanya, salah apakah saya?, diiringi perasaan kurang nyaman didalam hati.
Padahal jika kita dapat berfikir lebih jernih, kripik hanya akan menghasilkan kotoran gigi, tidak lebih dari itu.
Berbeda dengan kritik, yang merupakan makanan jiwa, sesuatu yang mampu membuat kita menjadi lebih baik, dalam berfikir dan bertindak. Membuat kita menjadi lebih bijak dalam melakukan segala sesuatu.
Sahabat Outbound, alangkah nikmatnya jika hidangan kritik itu diberikan dalam bentuk dan sajian yang memikat dan mengundang selera. Nah, berhubungan dengan itu. Kali ini, artikel Dunia Outbound akan membahas ” Bagaimana Cara Mengkritik Tajam Tanpa Melukai Hati Seseorang “.
Jika kita ingin mengkritisi seseorang tetapi kita khawatir tindakan itu dapat melukai egonya, membuatnya malu, atau membuatnya tersinggung, maka gunakanlah strategi psikologis ini agar kritik kita tidak menggondokkan hati siapapun.
Ego adalah kriteria yang sangat penting karena ia merupakan satu – satunya bagian dari diri kita yang mudah terluka. Ego adalah sebagai citra atau proyeksi tentang bagaimana kita ingin dilihat oleh dunia ini.
Ketika citra diri kita terancam, kita akan tersinggung. Dan ketika ia terluka, kita akan menjadi sakit hati ( kemudian ofensis / bela diri ).
Ego mudah sekali retak ( karena ia hanyalah sebuah citra ), sehingga ketika kita berinteraksi dengan orang lain dan tidak ingin melukai perasaan mereka, kita harus menjaga ego mereka.
Dan semakin seseorang percaya bahwa yang sedang kita katakan benar, tergantung pada seberapa peka dia terhadap masalah itu, semakin kita harus hati – hati.
Diterima atau tidaknya kritik kita sangat ditentukan oleh cara kita dalam menyampaikannya. Seperti yang mungkin pernah kita alami sendiri, kita kadang mau dikritik, tetapi terkadang sebuah kalimat ringan membuat kita merasa dijatuhi bongkahan batu besar atau membuat kita bersikap sangat defensif.
Kata -kata kita, cara kita mengatakannya, dimana kita mengatakannya, dan kapan kita mengatakannya, semuanya menentukan diterima atau tidaknya komentar – komentar kita.
Bagian terpenting dari keseluruhan strategi ini terkait dengan waktu percakapan kita. Waktu terbaik untuk mengkritik adalah ketika kita sudah berada diluar kejadiannya.
Misalnya, jika kita ingin membahas cara pasangan kita meningkatkan kelihayannya dalam bercinta, jangan lakukan hal itu pada lima menit setelah berhubungan badan. Bahaslah ketika kita sudah berada di luar suasana itu, misalnya pada saat menemudi, atau pada beberapa hari kemudian.
Jauhnya dari lingkungan kejadian maupun pemberian jeda waktu antara kejadian dan kritik kita, merupakan dua hal yang penting dalam menyampaikan kritik.
Karena, ketika kita menyakinkan dia bahwa hal itu bukan masalah besar, maka kita tidak menyampaikan sikap kita dengan langsung sehingga membuat siapapun yang kita kritik harus menggunakan energi positifnya untuk mengingat – ingat dahulu kejadiannya baru fokus dengan hal yang kita sampaikan.
Dengan menunggu beberapa hari, kita merenggangkan kerekatan egonya pada situasi itu, dan dia akan lebih tidak sensitif terhadap kritik.
Sebaliknya, semakin dekat penyampaian kritik kita dengan kejadian ( dari segi waktu maupun jarak ), semakin dia membela akan prilakunya dan otomatis dia akan semakin bersikap defensif.
Selain itu ada delapan faktor psikologis yang dapat membantu kita memastikan bahwa kita bisa mengutarakan keberatan-keberatan kita dengan leluasa, tampa khawatir menyakiti hatinya.
1. Dengan tanpa menjadikan masalah itu sebagai masalah besar, tunjukan kepadanya bahwa kita membahasnya karena kita peduli padanya dan pada hubungan yang ada.
2. Sampaikan selalu kritikan kita dalam situasi pribadi. Meskipun kita berpikir bahwa hal itu bukan masalah besar, kita sebaiknya melakukannya di tempat yang tertutup.
3. Awali kritik kita dengan pujian. Misalnya, ” Yang, kamu adalah suami yang ideal, tetapi aku heran mengapa…”
4. Kritiklah tindakannya, bukan orangnya. Dengan kata lain, daripada mengatakan, “Kamu menjengkelkan, ketika kamu…,” lebih baik katakanlah, “kamu hebat, tetapi sering kali menyebalkan ketika…..”
5. Jangan mengesankan pandangan kita secara negatif, atau menyindir, seolah – olah kita tahu persis bahwa dia melakukan tindakan itu dengan sadar atau sengaja, berilah kesan bahwa hal itu dia lakukan tanpa sengaja atau dengan tak sadar.
6. Jika memungkinkan, pikulah sebagian tanggung jawabnya. Ingat, Artikel ini tidak menyarankan kita untuk memikul kesalahannya.
Taktik psikologi ini dimaksudkan agar kita dan dia bisa saling berhadapan, mencari solusi dan dengan kata lain, kita bisa mengatakan, “Aku harus memperjelas peranku dalam menutupi masalah ini….” Tentu saja, kalimat itu lebih efektif dari pada, “Aku akan selalu membencimu kalau kamu sampai…”
7. Tawarkan solusi. Jika kita belum mempunyai solusi yang bisa di tawarkan, maka jangan dulu menyampaikan kritik, karena hanya akan melakukan sesuatu yang tak jelas tujuannya. Dan, jika kita yakin bahwa apapun yang akan kita katakan, dia tidak akan mengikuti saran kita, maka jangan tawarkan solusi. Karena, jika kita melakukannya, kita hanya akan menuruti kepentingan kita sendiri, hal ini tidak akan memperbaiki keadaan.
8. Kritik kita akan sangat efektif jika kita mengatakan kepadanya bahwa banyak orang lain yang seperti dirinya. Dengan mengutarakan bahwa apa yang telah atau sedang dia lakukan sangat lazim dilakukan orang lain, kita dapat mengurangi dampak kritik hanya menjurus kepada dirinya pribadi. Dan, kritik yang mengarah kepada diri kita sebagai pribadilah yang membuat kita sangat tersinggung, hal ini dikarenakan kita menganggap kritik itu terlalu bersifat personal.
Demikian salah satu Artikel Outbound kali ini tentang cara mengkritik tajam tanpa melukai hati seseorang, baik itu karyawan, sahabat maupun anggota keluarga tanpa meninggalkan rasa sakit hati pada dirinya.
Ingat, poin terpenting dari artikel ini adalah, kritik itu diberikan untuk membangun, bukan untuk menghakimi. Jadi, ssiapkan solusi dan mental positif kita, sebelum kita mengkritisi tindakan orang lain.
Salam sukses bahagia, semoga bermanfaat…
Hubungi Kami Klik disini