Setiap organisasi yang ingin tumbuh dan berdaya saing tinggi membutuhkan tim yang solid dan berkolaborasi dengan baik.
Salah satu cara paling efektif untuk membangun sinergi tersebut adalah melalui kegiatan Capacity Building.
Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan ini tidak boleh sekadar menjadi “acara hiburan” atau rekreasi biasa.
Diperlukan konsep kegiatan Capacity Building yang terencana dengan baik — mulai dari analisis kebutuhan (TNA), pemilihan tema, desain aktivitas berbasis experiential learning, hingga evaluasi hasil kegiatan.
1. Memahami Konsep Kegiatan Capacity Building
Secara umum, Capacity Building adalah proses meningkatkan kemampuan individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.
Dalam konteks organisasi modern, konsep kegiatan Capacity Building tidak hanya menekankan pada skill development, tetapi juga pada penguatan karakter, komunikasi, dan kerja sama tim.
Bagi perusahaan maupun instansi pemerintah, kegiatan ini menjadi sarana membangun nilai-nilai organisasi, memperkuat budaya kerja, dan mempererat hubungan antarpegawai.
Beberapa tujuan utama dari kegiatan Capacity Building antara lain:
-
Meningkatkan kepercayaan dan komunikasi antaranggota tim.
-
Mendorong kolaborasi lintas bagian.
-
Mengasah kemampuan problem solving dan decision making.
-
Menumbuhkan rasa memiliki (ownership) terhadap organisasi.
2. Langkah Awal: Analisis Kebutuhan (TNA)
Langkah pertama dalam desain program Capacity Building yang efektif adalah melakukan Training Need Analysis (TNA).
TNA membantu penyelenggara memahami kebutuhan riil peserta dan organisasi, sehingga kegiatan yang disusun benar-benar relevan.
Beberapa hal yang dianalisis dalam tahap ini antara lain:
-
Profil peserta: jabatan, usia, pengalaman kerja, dan karakter.
-
Tantangan organisasi: masalah koordinasi, komunikasi, atau motivasi tim.
-
Tujuan kegiatan: apakah untuk membangun kerja sama, meningkatkan leadership, atau menyatukan visi.
Contoh hasil TNA bisa berupa rekomendasi bahwa peserta membutuhkan pelatihan “Effective Teamwork and Trust Building”, yang kemudian menjadi dasar penyusunan tema dan aktivitas.
3. Menentukan Tema dan Nilai yang Ingin Dicapai
Setelah kebutuhan dipahami, langkah berikutnya adalah menetapkan tema kegiatan Capacity Building.
Tema berfungsi sebagai benang merah yang mengarahkan seluruh kegiatan menuju tujuan yang sama.
Contoh tema yang sering digunakan antara lain:
-
“One Team, One Goal”
-
“Stronger Together”
-
“No Left One Behind”
-
“Solidarity in Diversity”
-
“Trust, Team, and Transformation”
Tema yang baik harus mencerminkan nilai organisasi dan mudah diterjemahkan ke dalam aktivitas pelatihan.
4. Memilih Metode Experiential Learning
Agar kegiatan lebih bermakna, banyak EO profesional seperti Dunia Outbound menggunakan pendekatan Experiential Learning.
Metode ini menekankan pada proses belajar dari pengalaman langsung — bukan sekadar mendengar teori, tetapi merasakan, berefleksi, dan menerapkan nilai-nilai hasil pembelajaran.
Tahapan Experiential Learning meliputi:
-
Experiencing – peserta terlibat dalam aktivitas seperti games, simulasi, atau outdoor challenge.
-
Reflecting – peserta menganalisis apa yang terjadi selama kegiatan.
-
Generalizing – peserta menarik makna dan nilai dari pengalaman tersebut.
-
Applying – peserta menerapkan hasil pembelajaran dalam konteks pekerjaan sehari-hari.
Contoh aktivitas yang sering digunakan:
-
Pumper Fall – membangun kepercayaan tim.
-
Spider Web – melatih komunikasi dan strategi kelompok.
-
Egg Drop – mengembangkan kreativitas dan manajemen risiko.
-
Raft Building – menumbuhkan kolaborasi dan perencanaan bersama.
5. Desain Program Capacity Building yang Efektif
Untuk menyusun desain program Capacity Building yang efektif, perlu ada keseimbangan antara aktivitas fisik, refleksi mental, dan kegiatan yang menumbuhkan emosi positif.
Struktur program ideal meliputi:
-
Pembukaan dan Ice Breaking: mencairkan suasana dan mengenal peserta.
-
Challenge Games: membangun kerja sama, komunikasi, dan kepercayaan.
-
Reflection & Sharing Session: memetik nilai dari pengalaman.
-
Team Project Simulation: menantang peserta untuk menerapkan konsep kerja tim.
-
Closing Ceremony: apresiasi dan komitmen pascakegiatan.
6. Contoh Format Rundown Kegiatan Capacity Building
Berikut contoh rundown kegiatan Capacity Building satu hari dengan konsep Outdoor Experiential Learning:
| Waktu | Kegiatan | Tujuan |
|---|---|---|
| 07.30 – 08.00 | Registrasi & Morning Coffee | Persiapan dan pembukaan |
| 08.00 – 08.30 | Ice Breaking & Energizer | Membangun semangat dan kebersamaan |
| 08.30 – 10.00 | Spider Web Challenge | Melatih koordinasi dan komunikasi |
| 10.00 – 10.15 | Coffee Break | Istirahat sejenak |
| 10.15 – 12.00 | Pumper Fall & Building Block | Membangun kepercayaan dan kerja sama |
| 12.00 – 13.00 | ISHOMA | Rehat & makan siang |
| 13.00 – 15.00 | Team Project: Egg Drop Challenge | Melatih strategi dan manajemen risiko |
| 15.00 – 16.00 | Reflection & Commitment | Menarik makna pembelajaran |
| 16.00 – 16.30 | Penutupan & Foto Bersama | Evaluasi dan dokumentasi |
Rundown tersebut dapat dimodifikasi sesuai jumlah peserta, durasi kegiatan, dan tujuan organisasi.
7. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan terakhir dalam konsep capacity building perusahaan adalah evaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana peserta memahami dan menerapkan hasil pelatihan dalam pekerjaan mereka.
Beberapa metode evaluasi yang bisa digunakan:
-
Observasi langsung saat kegiatan berlangsung.
-
Kuesioner post-training untuk mengetahui kepuasan peserta.
-
Follow-up assessment 2–4 minggu pascakegiatan untuk mengukur dampak jangka menengah.
Evaluasi yang baik membantu organisasi memperbaiki desain program berikutnya dan memastikan kegiatan tidak berhenti di acara seremonial semata.
Merancang konsep kegiatan Capacity Building yang efektif membutuhkan perencanaan matang dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan organisasi.
Dengan melalui tahapan TNA, pemilihan tema yang tepat, penerapan metode experiential learning, serta evaluasi berkelanjutan, kegiatan ini dapat menjadi sarana strategis untuk membangun kerja sama tim yang kuat.
Melalui pendekatan yang tepat, desain program Capacity Building efektif mampu menumbuhkan kepercayaan, sinergi, dan produktivitas tinggi di lingkungan kerja — baik di instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.
Ingin merancang konsep kegiatan Capacity Building yang efektif untuk organisasi Anda?
Percayakan kepada Dunia Outbound, penyelenggara Outbound dan Capacity Building profesional yang siap membantu menyusun desain program pelatihan berbasis experiential learning sesuai kebutuhan perusahaan atau instansi Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp Dunia Outbound
atau kunjungi duniaoutbound.com untuk mendapatkan proposal kegiatan yang dirancang khusus bagi tim Anda.
FAQ tentang Konsep Kegiatan Capacity Building
1. Apa itu konsep kegiatan Capacity Building?
Konsep kegiatan Capacity Building adalah rancangan pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan, sinergi, dan kolaborasi tim melalui aktivitas pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).
2. Mengapa perusahaan perlu memiliki desain program Capacity Building yang efektif?
Karena program yang terencana membantu organisasi membangun budaya kerja positif, memperkuat komunikasi antarbagian, dan meningkatkan kinerja secara menyeluruh.
3. Apa saja tahapan penting dalam merancang kegiatan Capacity Building?
Tahapannya meliputi analisis kebutuhan (TNA), penentuan tema, pemilihan metode experiential learning, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi hasil.
4. Bagaimana contoh kegiatan yang bisa digunakan dalam pelatihan tim?
Beberapa contoh kegiatan populer adalah Pumper Fall, Spider Web, Building Block, Egg Drop Challenge, dan Raft Building.
5. Di mana tempat terbaik untuk melaksanakan kegiatan Capacity Building?
Lokasi seperti Bhumi Cantigi Adventure Camp cocok karena menawarkan suasana alami, fasilitas lengkap, dan konsep experiential learning yang kuat.


