Kegiatan Outdoor-indoor activity hampir tidak bisa dilepaskan dengan jenis bidang pekerjaan didalamnya,yang mendukung dibalik suksesnya outbound training dan kelancaran pelaksanaanya, yaitu :
Trainer adalah orang utama/pokok dalam kegiatan training, yang bertugas memberikan materi dan atau membuat konsep kegiatan training/outdoor activity. Trainer adalah mereka yang memiliki kompetensi atau bahkan sertifikasi untuk memberikan materi, dan memiliki kopetensi untuk mengadakan pelatihan. Istilah lain yang biasa digunakan adalah Course director (CD), yang berperan sebagai pembuat konsep kegiatan.
2. Fasilitator
Istilah fasilitator digunakan karena tugasnya dalam kegiatan outdoor activity/training adalah memfasilitasi peserta saat berdinamika bersama di outdoor activity, dengan membawakan berbagai permainan di pos, atau mengawasi dinamika kelompok agar berjalan sesuai dengan tujuan pelatihan.Fasilitator adalah asisten dari trainer. Fasilitator bertugas membantu pelaksanaan kegiatan training/outdoor activity, terutama dalalam hal membawakan permainan atau ice breaking; dan juga membantu trainer dalam membawakan materi. Istilah yang digunakan untuk peran yang satu ini sebenarnya berbeda untuk tiap provider. Ada juga yang menggunakan istilah instruktur , operator, atau co-fasilitator. Untuk istilah operator itu sendiri, biasanya lebih sering digunakan untuk mereka yang berperan dalam membawakan permainan-permainan high ropes.
Fasilitator bisa dikatakan sebagai “ujung tombak” dalam suatu kegiatan training/outdoor activity.dan salah satu suksesnya outbound training. Hal ini dikarenakan fasilitator adalah mereka yang secara langsung berhadapan dengan peserta, dan secara tidak langsung kualitas sebuah provider atau tim outbound juga terlihat dalam kompetensi/kemampuan yang dimiliki seorang fasilitator. Pada bagian dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat menjadi seorang fasilitator.
3. Tenaga Bantuan Operational (TBO)
TBO merupakan salah satu bagian dibalik suksesnya kegiatan outbound training dalam sebuah tim outbound yang berperan dalam mendukung hal-hal yang bersifat teknis. Istilah yang juga sering digunakan adalah supporting system/perlengkapan, meski kadang juga sering disebut bagian teknis. Tugas TBO dalam kegiatan training/outdoor activity,antara lain: memasang instalasi permainan, menyiapkan perlengkapan pendukung kegiatan, atau melakukan survei tempat kegiatan. selain itu, TBO biasanya juga memiliki peran sebagai safety dan tim keeper. Artinya, saat kegiatan dilakukan di luar ruangan, teknis juga terkadang berperan dalm mengingatkan waktu permainan kepada peserta atau fasilitator, serta memperhatikan dan memperhitungkan tingkat keamanan kegiatan.
TBO terkadang juga bertanggung jawab dalam hal multimedia (bila ada). Tugas multimedia, antara lain: memastikan perlengkapan multimedia seperti LCD, viewer, dan sound system sudah beres atau belum. Namun, seorang TBO terkadang juga berperan sebagai camera man dan atau fotografer, yang bertugas mengabdikan momen atau kegiatan baik dalam bentuk gambar maupun video.
tim diataslah sangat berpengaruh dibalik suksesnya outbound training.
Kompetensi fasilitator
Kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki seorang fasilitator:
1. Penguasaan Games
Sebagai seorang asisten trainer dan yang biasanya membawakan permainan di pos atau ice breaking, kemampuan dasar seorang fasilitator yang harus dikuasai adalah benar-benar memahami dan mengusai instruksi. Hal ini penting karena menyangkut kelancaran dan kesuksesan konsep kegiatan yang sudah dibuat.
Jika seorang fasilitator tidak benar benar menguasai instruksi, akan mempengaruhi kredibilitasnya di depan peserta. Untuk instruksi permainan atau ice breaking yang cukup panjang, sebaiknya seorang fasilitator menjelaskanya secara bertahap dan diberikan jeda. Tujuanya adalah untuk menghindari faktor “kelupaan” dan kesalahan instruksi.
Contoh:
Fasilitator : Baik Bapak Ibu sekalian, selamat datang di pos 2. Di pos ini, kita akan bermain parit buaya. Sudah pernah ada yang dengar sebelumnya ?
Peserta : Belum …
Fasilitator : Tujuan utama permainan ini adalah menyeberangkan semua anggota kelompok dari garis start menuju garis finis (sambil menunjukan garis start dan finis). Tetapi ada syaratnya, karena tempat yang akan kita lewati adalah sungai maka anda membutuhkan bantuan berupa kaset untuk melewati. Kaset ini dianggap sebagai kapal atau jembatan …, dan seterusnya.
Kemudian fasilitator memberikan waktu ke peserta untuk menyusun strategi. Saat menyusun strategi , Biasanya beberapa hal yang lupa untuk diinstruksikan akan menjadi pertanyaan bagi peserta. ini menjadi keuntungan bagi fasilitator karena “diingatkan” mengenai informasi yang lupa disampaikan.
Dua hal ini lebih sering diperlukan saat melakukan kegiatan di luar ruangan. Setiap permainan cederung dimulai pada waktu yang bersamaan. Biasanya karna kemampuan tiap kelompok yang berbeda. Ada kemungkinan salah satu kelompok yang sudah menyelesaikan permainan pertama harus menunggu kelompok lain di tempat permainan kedua.agar tidak terkesn menunggu dan untuk tetap mempertahankan “mood” peserta, seorang fasilitator bisa membawakan permainan-permainan sederhana atau permainan yang tergolong ice breaking atau energizer.
Seorang fasilitator juga harus kreatif saat di “lapangan'”, terutama saat dirinya ternyata lupa dengan instruksi permainan yang sesungguhnya atau kejadian di ” lapangan ” tidak sesuai dengan harapan. seseorang yang memiliki hak utama dalam pengambilan keputusan dalam sebuah kegiatan training atau outdoor activity adalah trainer. Namun saat di ” lapangan “, fasilitatorlah yang harus mengambil keputusan di saat-saat tertentu. Misalnya, saat alokasi waktu untuk permainan 1 ternyata terlalu lama dan peserta sudah bisa menyelesaikan permainan tersebut dengan sangat cepat. Seorang fasilitator juga bisa memberikan peraturan atau tantanngan tambahan untuk membuat permainan menjadi lebih seru. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengulur waktu sehingga alokasi waktunya dapat sesuai dengan jadwal kegiatan. Namun, jika ternyata fasilitator memang lupa dengan instruksi yang sesungguhnya dan tidak ada yang tidak nisa ditanya saat itu, sebenarnya fasilitator memiliki hak untuk sedikit memodifikasi permainan. Hal itu bisa dilakukan oleh seorang fasilitator, selama tidak mengubah makna permainan.
Kemampuan ini terutama diperlukan saat dinamika kelompok atau saat kegiatan luar ruangan. Disi seorang fasilitator harus tangguh, artinya ; secara mental tidak kalah mental dengan tekanan dan hasrat peserta yang kadang sulit untuk diajak bekerja sama, terutama untuk kegiatan yang konsepnya training. selain itu, seorang falitator juga harus memilikikontrol yang baik, terutama saat gejala-gejala emosi marah mulai muncul. Bukan berarti seorang fasilitator tidak boleh marah atau kecewa dengan perilaku peserta, namun kontrol yang dimaksud adalah emosi marah atau kecewa yang dirasakan fasilitator sebaiknya disalurkan secara konstruktif bukan dengan teriak-teriak atau membanting barang.
Selain itu, saat kegiatan di luar ruangan, peserta sudah asyik dengan teman-temannya dan suasana saat itu, sehingga terkadang seorang fasilitator harus berusaha keras untuk menarik perhatian peserta agar mau mendengarkan instruksinya. Oleh karena itu, dalam sebuah kegiatan outbound training/outdoor activity, sebaiknya setiap kelompok peserta diminta membuat yel-yel kelompok dan membuat sebuah salam atau anchor. Tujuannya, selain untuk mempertahankan semangat dalam kelompok, juga untuk menarik perhatian mereka di saat-saat tertentu.
Salam standar yang digunakan adalah “hai-halo”. Jadi saat fasilitator mengucapkan kata “hai”, maka peserta menyapa balik dengan “halo”, dibalas dengan kata “hai”. Salam ini digunakan terutama saat peserta terlihat sibuk sendiri dan ramai dengan teman-teman dalam kelompok. Dengan mengucapkan salam ini, diharapkan perhatian peserta bisa kembali lagi ke fasilitator.
Namun fasilitator juga bisa memberikan salamnya sendiri. Hal itu tergantung kreatifitas setiap peserta. Intinya, salam berfungsi untuk menarik perhatian peserta saat dibutuhkan.
4. Kesiapan dan kepekaan
saat seorang trainer berada di dalam ruangan dan memberikan materi, terkadang dirinya tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Misalnya, membagikan atau hal-hal teknis yang diperlukan seorang trainer dalam menyampaikan materi. Saat di dalam ruangan, seorang fasilitator juga merangkap teknis dengan membantu hal-hal yang sulit dilakukan seorang trainer sendirian.
Oleh karena itu, kepekaan seorang fasilitator untuk membantu tanpa harus terlihat “disuruh” penting untuk dikembangkan. Biasanya trainer akan memberikan kode tertentu kepada fasilitator untuk membantunya saat ia membutuhkan bantuan teknis. Selain itu, kepekaan juga termasuk dalam hal membawakan ice breaking atau energizer. biasanya saat pemberian materi di dalam ruangan, peserta akan mulai mengalami kejenuhan. Dengan demikian, saat trainer merasa perlu untuk memberikan ice breaking atau energizer, seorang fasilitator harus sudah siap.
sebagai seorang yang membawakan permainan atau ice breaking, tentu seorang fasilitator harus mampu membawakannya dengan jelas dan keras agar semua peserta bisa mendengar atau memahami intruksi yang diberikan. Saat ada media seperti mikrofon atau toa, suara keras tidak begitu diperlukan namun kejelan artikulasi dan vokal suara tetap harus diperhatikan.
Hal yang juga harus diperhatikan seorang fasilitator adalah kualitas suara. Sebaiknya seorang fasilitator jangan terlalu memaksakan diri untuk berteriak. Biasanya fasilitator dengan jenis suara yang tinggi, saat ia berteriak malah suara yang keluar terkesan “cempreng” . Fasilitator dengan kualitas suara seperti ini harus berhati-hati jika yang keluar adalah suara “cempreng” biasanya hanya malah mengundang tawa peserta. Dengan begitu, kewibawaan seorang fasilitator akan turun.
6. Awareness ( kesadaran )
Maksud kesadaran disini adalah sadar terhadap reaksi-reaksi yang mungkin ditimbulkan saat berbicara di depan umum. Untuk mereka yang sudah terbiasa berbicara di depan umum, kegugupan dalam berbicara mungkin tidak menjadi hal yang perlu begitu dikhawatirkan karena mereka memiliki teknik sendiri untuk menghilangkan rasa gugup saat berbicara di depan umum.
Namun, bagi mereka yang masih baru dan belum terbiasa, kegugupan berbicara di depan umum akan menjadi masalah yang bisa menghilangkan nilai kredibilitas dan kompetensi seorang fasilitator dihadapan peserta. Orang yang gugup dapat terlihat oleh bahasa tubuh mereka yang tidak singron dengan informasi yang di informasikan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat berbicara didepan umum:
a. Bahasa tubuh jangan terlalu berlebihan.
Biasanya tanpa di sadari, seseorang yang berbicara di depan umum badannya akan terlihat seperti “ondel-ondel”, yang terlalu banyak gerakan. Misalnya dengan menggaruk-garuk kepala, menggerakkan badan kekiri dan kekanan, menggoyang-goyangkan kaki, dan gerakan tubuh lain yang tidak penting.
b. Menenangkan diri saat berbicara.
Hal ini harus kita lakukan karena ketakutan berbicara di depan umum merupakan sesuatu yang wajar dan dialami banyak orang. Jadi pada saat di hadapkan pada situasi harus berbicara di depan orang banyak, terdapat dua respon yang mungkin terjadi, yaitu fight atau flight artinya “ya saya mau melakukannya”, dan flight berarti “saya memilih untuk tidak mengambil kesempatan itu.”
sebagai seorang fasilitator, tentunya respon fight yang harus diambil karena memang itu perannya di dunia training/outdoor activity. Tetapi karena mungkin karena respon fight itu belum 100%, kegugupan tetap akan muncul saat di depan umum. Oleh karena itu, seorang fasilitator harus bisa menenangkan diri sebelum maju. Banyak teknik yang dapat digunakan, yaitu bisa dengan menarik dan menghembuskan nafasyang biasanya untuk menormalkan kembali detak jantung, menanamkan pikiran positif bahwa ” kehadiran saya di tunggu banyak orangdan mereka antusias dengan apa yang akan saya sampaikan nanti”, ada juga yang berteriak dalam hati dengan keras, “mengatakan,” hei kamu yang penakut, ga capek ya harus lari dari kenyataan?”
Teknik menenangkan diri bisa berbeda-beda, tergantung kenyamanan orang tersebut. Karena itu, seorang fasilitator harus mampu mencari dan mengembangkan teknik sendiri.
c. Tetap tegap dengan dada membusung.
Hal ini menimbulkan kesan bahwa kita adalah seorang yang percaya diri. Namun, jangan terlalu membusung sehingga terkesan sombong.
d. Usahakan menatap semua peserta.
Menatap disini tidak berarti harus menatap mata. Setidaknya saat membawakan permainan atau ice breaking, usahakan tatapan mata kita tidak hanya tertuju tertuju ke satu tempat, tetapi harus menatap hampir kesemua peserta.
Kita harus meminimalis tatapan ke atas atau bawah. Biasanya kita memang membutuhkan waktu berfikir, dan kecenderungan yang akan kita lakukan tanpa kita sadariadalah kita akan menatap keatas atau kebawah. Hal seperti ini, hanya akan membuat peserta merasa bahwa tidak diperhatikandan fasilitator tersebut dianggap kurang percaya diri.
Jadi saat kita membutuhkan waktu berfikir, tetap usahakan pandangan kita ke peserta atau mungkin dengan melihat sekeliling peserta.
Kemampuan terakhir yang juga sangat penting adalah debriefing. Debriefing, merukan sesi dimana fasilitator dan peserta saling berbagi, serta mendiskusikan hal-hal yang penting yang terjadi selama permainan ( games ). seorang fasilitator yang berperan dalam kegiatan outdoor education harus mampu memfasilitasi peserta, agar mendapatkan insight dari permainan. Biasanya, hal-hal yang ditanyakan fasilitator ke peserta, antara lain:
- Apa yang dirasakan selama permainan?
- Bagaimana mereka menyelesaikan permainan tersebut?
- Metode atau strategi apa yang digunakan?
- apakah yang bisa di dapatkan dari permainan?
- Adakah kesamaan situasi yang muncul saat melakukan permainan dengan kehidupan nyata? bagaimana peserta menanggapinya?
- apa yang bisa rekan-rekan lakukan ke depan, setelah mendapat learning points dari permainan ini?
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sangat mendasar. Seorang fasilitator memfasilitasi peserta dengan meberikan pertanyaan – pertanyaan yang menarik sehingga para peserta bisa mendapatkan insight atau pembelajaran tertentu tanpa harus terlihat mendikte atau menggurui para peserta tentang pembelajaran yang seharusnya didapatkan dari simulasi yang baru dilaksanakan.
Seorang fasilitator menerapkan konsep Experiential Learning mempunyai peran berbeda dengan seorang trainer. Sesuai dengan asal katanya, facile atau to facilitate, seorang fasilitator hendaknya menempatkan diri pada peran mediasi, sehingga tidak melulu mendikte atau menceramahi peserta tentang pembelajaran apapun yang diperoleh selama kegiatan. Seandainya peserta tidak memperoleh pembelajaran seperti yang di harapkan dari permainan atau kegiatan tertentu, fasilitator bisa memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan (seperti diatas), yang di buat agak sedikit menjurus.
Seorang fasilitator juga harus peka dan cermat terhadap sekecil apapun kejadian yang muncul selama permainan atau kegiatan. Hal ini akan membantu fasilitator dalam memfasilitasi debriefing kepada peserta.
Aspek pembelajaran
Seperti sudah dijelaskan pada tahap pelaksanaan outdoor-indor activity, bahwa pembuatan konsep yang bertujuan untuk pengembangan dan edukasi cenderung lebih kompleks. Karena itu, seorang fasilitator atau pembuat konsep kegiatan harus memahami hal-hal yang penting dalam proses pembelajaran.
kenyamanan bukan berarti bahwa ruangan pelatihan yang harus digunakan harus ber- AC dengan tempat duduk yang nyaman pula, atau pada saat kegiatan diluar ruangan harus mencari tempat yang benar-benar sejuk. Itu adalah hal teknis. Maksud nyaman disini berarti peserta harus siap secara mental dan fisik sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Bentuk kesiapan peserta bisa muncul melalui kenyamanan tiap peserta dengan peserta lainnya.
Sesi pertama dari setiap bentuk pelatihan biasanya adalah permainan-permainan ice breaking. Hal ini bertujuan agar tiap peserta merasa nyaman dengan kehadiran orang lain yang ada dalam pelatihan tersebut. Selain itu, kenyamanan ini juga akan mempengaruhi tingkat keterbukaan peserta terhadapa tujuan pelatihan. Dengan perasaan nyaman saat bersama orang lain yang ada dalam pelatihan tersebut, tiap peserta bisa memberi motivasi dan dukungan kepada peserta lainnya.
2. Pedagogic Dynamic
Salah satu dasar yang melandasi perkembangan diri dalam lingkungan perusahaan, komunitas, maupun lembaga pendidikan adalah Teamwork dan Team Building. Konsep pedagogi dalam sebuah kegiatan pengembangan SDM, yaitu bejar bersama dengan suasana saling mendukung dan memotivasi perlu di munculkan. Dikarenakan mereka tidak hidup sendiri dan seharusnya bekerja sama satu dengan yang lainnya, untuk mencapai visi dan misi bersama atau pribadi. Oleh karena itu, dalam sebuah konsep outdoor-indoor activity sebaiknya di berikan permainan atau kegiatan yamembutuhkan kerjasama tim untuk bisa mencapainya. Dengan berada pada situasi yang menimbulkan perasaan “senasib-sepenanggungan”, diharapkan peserta bisa matang dan berkembang bersama.
3. Insight
kegiatan atau permainan yang diberikan educator harus mampu menginspirasi peserta, sehingga memunculkan keinginan dalam diri peserta untuk ( transformation for change )
4. Kematangan
Seorang edocator juga harus memperhatikan keunikan tiap individu. Keunikan yang dimaksud adalah tingkat pemaknaan individu terhadap kegiatan atau permainan yang dilalui. Sering di temukan, terutama saat permainan outdoor, beberapa peserta menemukan learning point yang berbeda dengan tujuan awal memberikan kegiatan tersebut. Seorang educator sebaiknya tidak langsung memberikan makna sesungguhnya dari kegiatan tersebut, tetapi “memancing” peserta agar mereka sendiri yang menemukan makna tersebut.
5. Action plan
Action plan bisa dikatan sebagai bagian terakhir dari pelaksanaan outdoor-indoor activity. setelah mendapatkan inpirasi dan menemukan makna dari suatu kegiatan atau permainan, peserta diajak untuk membuat perencanaan dan menetapkan langkah-langkah selanjutnya untuk mnerapkan “nilai-nilai”yang di dapat selama kegiatan pelatihan tersebut dalam kehidupan nyata.