Selling Skill atau kemampuan menjual banyak dipengaruhi oleh pengalaman kita di lapangan.
Pelajaran di lapangan sangat berarti sekali dalam proses professionalisme kita dalam berjualan.
Pelatihan Selling Skill Untuk Pencapaian Penjualan
Banyaknya uang yang kita peroleh dalam bisnis kita bergantung seberapa banyak banyak kita menawarkan kepada pelanggan.
Karenanya, sangat pentig diperhatikan saat-saat kita menawarkan produk.
Apakah kita cukup memberikan perhatian kepada produk itu?.
Apakah kita cukup memberikan apresiasi yang memadai terhadap produk dan perusahaan yang memproduksinya?.
Ataukah kita tidak peduli dengan semua itu.
Ada 3A yang sangat berpengaruh dalam penawaran produk :
1. A = Appearance ( Penampilan )
Penampilan produk apakah menunjukan kelasnya atau tidak.
Penampakan luar dari merek, packaging, design over dan sebagainya merupakan hal penting yang memberikan performance atau penampilan luar produk kita.
Penampilan produk diatur sedemikian rupa sehingga orang lebih cepat memperhatikan karenanya.
Penampilan yang tidak norak dan tidak membuat orang ketakutan lebih memungkinkan didekati pelanggan.
Apalagi bila Anda bisa menciptakan suatu design atau gambar-gambar yang menarik. Yang terakhir itu sangat diperlukan sekali dalam bisnis kita.
Penampilan yang memberikan kesan baik impresif akan cepat diperhatikan pelanggan.
Termasuk apakah penampilan kita. kita sudah mendukung dengan kelas produk yang kita jual.
Bila kita sendiri berpakaian lusuh, berkeringat, sedikit belepotan omongannya karena tergesa-gesa, menggunakan sandal jepit layaknya mau ke kamar belakang, maka tentu semua itu akan memberikan kesan bahwa kita tidak dalam posisi menampilkan citra produk yang kita jual bercitra tinggi.
Kita sedang menempatkan produk yang kita jual di tempat yang rendah dan tak ada harganya.
Konsumen yang membeli produk kita juga bukan mereka yang berkelas sosial menengah keatas kelas bawah yang susah uangnya.
Maka kita pun juga tidak akan mendapatkan banyak uang karena penampilan kita.
Lain produk lain pula bagaimana membuat citranya, kita bisa lihat mengapa penampilan sales promotion girl (SPG) di supermarket berbeda dengan mereka yang ada di showroom mobil.
Atau mereka yang ada di counter makanan siap saji Mc Donald dengan mereka yang di warung tegal ( warteg ).
Penampilan adalah citra diri dan image produk dan perusahaannya dalam meraih uang lewat penawarannya kepada pelanggan.
Karena itu, penampilan harus selalu di jaga supa berkesinambungan dalam bisns kita.
Kita harus memiliki kemampuan untuk survive dalam bisnis kita. kita harus mempelajari betul seluk-beluk bisnis yang kita tekuni. Tidak bisa kita hanya setengah-setengah atau sambilan saja. Kita mesti fokus dan mencurahkan segala upaya kemampuan kita untuk tetap jaya di bisis kita.
Kemampuan kita bernegosiasi, kemampuan kita menawarkan produk, kemampuan kita menguasai setiap masalah dalam bisnis kita merupakan kunci-kunci sukses yang harus ditingkatkan.
Tanpa kemampuan yang cukup sangat mungkin bisnis kita gugur di tengah jalan.
3. A = Atitude ( Sikap Mental )
Bagaimana menyikapi bisnis yang kita bangun?. Sikap percaya percaya diri, sikap berfikir positif, dan sikap pantang menyerah terlalu dini merupakan kepribadian yang mesti melekat dalam sikap enterpreneurship kita.
Kita harus bersikap sebagai pengusaha dan bukan sebagai pegawai. Dalam proses penjualan sering sekali keputusan di ambil dengan emotional selling dan mengalahkan logical selling.
Dalam proses penjualan sering sekali keputusan diambil dengan Emotional Selling dan mengalahkan Logical Selling.
Saya pernah menjual alat pelangsing perut dari belt atau sabuk. saya sering menjumpai seseorang membeli alat pelangsing itu atas dasar keputusan-keputusan perasaannya seperti malu dengan temannya, yang sudah membeli terlebih dahulu, kalau tidak ikut membelinya.
“Cuma Rp 20.000,00 saja tidak mau beli. Mau dibiarkan mekar seperti drum?” kata teman sekantornya sesama ibu-ibu sambil bercanda mengejek.
Malu diejek seperti itu oleh teman sekantornya, maka diapun ikut membeli, padahal saya tahu persis dia sesungguhnya tidak memerlukan atau paling tidak belum membutuhkanya saat ini karena masih ada keperluan lain yang lebih penting.
Keputusan membeli alat pelangsing perut yang tidak direncanakan terlebih dahulu merupakan keputusan emosional yang sering dilakukan oleh para pembeli ketika mengambil keputusan untuk membeli produk apa pun.
Contoh lain, kalau kita habis terima komisi atau gaji bulanan lalu kita masuk mall atau supermarket.
Maka kita yang semula hanya merencanakan membeli satu pasang sepatu, yang terjadi banyak barang lain ikut dibeli tanpa perencanaan terlebih dahulu.
Anda bisa memborong gula, sabun, kaos kaki, tas sekolah anak, dan sebagainya.
Banyak orang yang membelanjakan uangnya bukan berdasarkan rencana, tetapi berdasarkan kebutuhan.
Inilah yang harus dikendalikan. Bila Anda membeli sesuatu dengan perencanaan terlebih dahulu, maka semua pasti sudah dipertimbangkan untung ruginya dan skala prioritas kepentinganya.
Bahkan semua sudah dicatat dan direncanakan dengan perhitungan dan diskusi yang matang.
Namun bila kita membelanjakan uangnya hanya berdasarkan kebutuhan maka kebutuhan yang terlintas lewat pikiran sesaat, tanpa pertimbangan panjang lebar.
Kita bisa mengeluarkan uang untuk itu. Setelah kita sampai dirumah, barulah kita akan menyesali apa yang kita lakukan.
Mengapa saya harus beli ini itu?, yang ini belum perlu sekarang, yang ini belum mendesak, yang ini bisa ditunda, dan seterusnya.
Penyesalanlah yang kita dapatkan.
Contoh lainya ketika kita menjual kursi. Banyak kursi di showroom mebel. Tetapi kenapa yang kita jual kursi ukir yang harganya mahal atau kursi yang ini. kenapa tidak sembarang kursi?.
Saya yakin kita tidak sedang menjual kursi semata, tetapi kita sedang menjual kenyamanan, keindahan, dan kekokohan kursi kepada pelanggan kita.
Keindahan dan kenyamanan adalah hal-hal yang berbau emosional untuk mengambil keputusan membeli.
Bila kita menjual vacum cleaner misalnya.
Janganlah menjual vacum cleaner tetapi juallah kemudahan efisiensi waktu dan tenaga yang jauh lebih mahal nilainya dibanding sekedar rupiah yang yang dikeluarkan untuk membeli alat pembersih itu.
Hal yang tak kalah persis diperhatikan dalam proses penjualan adalah pertanyaan yang sering membuat kita gagal atau sukses dalam penjualan.
” Maukah Bapak membeli donat ini? ” kata penjual yang salah. ” Bapak mau beli ini atau tidak, Pak? ” katanya lagi.
Sedang penjual yang benar akan mengatakan, ” Di mana Bapak akan merasakan donat ini, disini atau untuk dirumah bersama keluarga?, Bapak bisa membeli dua atau tiga sekalian agar seluruh anggota keluarga ikut menikmati.”
Seorang penjual yang salah akan mengatakan, ” Ibu mau beli produk ini atau tidak, ” katanya. Sedang penjual yang benar akan mengatakan, ” Ibu mau beli lima atau tiga ?”.
Mengapa demikian?, karena secara umum orang tidak ingin merasakan kerugian, tidak ingin merasa uangnya berkurang, tidak ingin mendapat resiko.
Maka pilihan yang pas bagi calon pembeli dihadapkan pertanyaan pertama adalah tidak akan membeli. Karena inilah pilihan yang diberikan oleh penjual yang paling kecil resikonya. ” Ibu mau beli atau tidak ? “.
Pemberian pilihan secara hitam putih inilah yang kurang dibenarkan dalam teknik penjualan.
Agar pembeli tertarik, berikanlah pilihan yang tidak hitam putih. Berikan satu pilihan yang bermuara pada satu tujuan.
Membeli dalam jumlah banyak atau membeli dalam jumlah sedikit, sehingga kita dapat menggiring opini calon pembeli kita dengan energi positif, bahwa dia tidak akan merasakan kerugian jika membeli barang yang kita tawarkan.
Demikian sekilas artikel materi outbound tentang teknik sederhana penjualan, mudah – mudahan bermanfaat buat kita semua.
Salam Sukses Bahagia!…